Tradisi Budaya Banjar Layang-Layang Dandang

Tradisi Budaya Banjar Layang-Layang Dandang

Tim Divisi Budaya
Persatuan Layang-Layang Dandang
Kabupaten Hulu Sungai Selatan

 

          Sebelum tahun 1900-an terciptanya tradisi budaya layang-layang dandang atau Permainan Badandang secara historis sampai menjadi tradisi budaya di Hulu Sungai Selatan saat usai panen di musim kemarau yang sudah turun-temurun hingga beberapa generasi yang sampai sekarang mengalami perkembangan dan menyebar ke seantero Kalimantan Selatan. Diketahui secara pasti waktunya terjadi sebelum tahun 1900 dan bermula di daerah Sungai Raya (secara administratif saat ini kecamatan Sungai Raya kabupaten Hulu Sungai Selatan).

          Tradisi budaya layang-layang dandang sebelum era 1900 baik dari segi bentuk kukumbangan serta layang-layang dandangnya kami telusuri dan melakukan penggalian informasi dari anak cucu penemu tradisi budaya Badandang bahwa berasal dari sepotong bambu yang diberi lubang dan diikat pada baling-baling yang berada dipuncak gunung layang-layang Sungai Raya, hasil dari asimilasi dan eksperimentasi dari seorang Dayak Meratus. Yang konon bunyi ngauman kukumbangannya itu terdengar sampai ke wilayah Nagara Daha pada saat itu.

          Ada beberapa keterangan dari hasil penggalian informasi dengan para pelaku sejarah tradisi budaya layang-layang dandang yang ingin penulis tuangkan dalam tulisan ini, yakni dengan bapak Julak Aran serta ayahanda H.Upuh dan tokoh masyarakat Sungai Raya yang juga pegiat pencinta layang-layang dandang. Menurut keterangan mereka para pegiat pencinta layang-layang dandang pada saat jaman kolonialisme sebelum kemerdekaan yaitu pada saat distrik Amandit mulai itulah tradisi budaya layang-layang dandang melalui berbagai percobaan dan pengalaman dari masa kemasa menjadi pesat berkembang, sebab tradisi budaya layang- layang dandang telah dimainkan oleh masyarakat di wilayah Sungai Raya dan sekitarnya yang saat ini kita kenal dengan Hulu Sungai Selatan. Tradisi budaya layang-layang dandang dimainkan masyarakat di saat musim kemarau setelah lepas masa panen menjadi kegiatan dan sarana hiburan bagi masyarakat sekitarnya.

          Dari hasil penggalian informasi tradisi budaya layang-layang dandang sehingga perkembangannya melalui berbagai tantangan di saat sebelum merdeka dan sampai saat ini semakin berkembang lebih jauh lagi saling bersilaturrahmi antar pencinta pegiat tradisi budaya layang-layang dandang sehingga dapat dipertontonkan dan kita nikmati bersama.

Tradisi budaya layang-layang dandang dimasyarakat Hulu Sungai Selatan banyak dipengaruhi oleh sifat dan karakteristik sehingga bentuk dan tata cara badandang bisa dikatakan sempurna bisa dipermainkan dan dipertontonkan. Sehingga sangat mempunyai nilai-nilai filosofis dan historis yang sangat kental, seperti sifat bunyi irama ngauman dan tahan uji dimakan usia.

Menurut informasi dari tokoh masyarakat serta anak cucu penemu kukumbangan dandang sangatlah panjang dan bermacam percobaan sehingga disebut layang layang dandang seperti saat ini. Bermula dari cerita ngauman baling-baling diatas gunung Layang-Layang hingga memancing salah seorang warga di Sungai Raya yang bernama Ning Sualir mencari tahu sumber bunyi tersebut. Ringkas cerita lalu beliau belajar tata cara membikin kukumbangan serta cara rumus melubangi dan mengikat pada baling-baling diatas pohon kayu. Kemudian waktu berlalu beliau membuat kukumbangan (kasisiuran) lalu diikatlah kebaling-baling dan dinaikkan ke atas pohon asam dan ditiup angin lalu keluarlah bunyi ngauman.

Tahun ke tahun lalu timbullah pemikiran beliau untuk mengikat kukumbangan tersebut di atas sebuah layang-layang dan hipotesa beliau dengan diikat pada layangan dan diterbangkan sampai tinggi maka bunyi ngauman otomatis semakin jauh bisa terdengar. Dan mulailah beliau bereksperimen membuat layang-layang humbing (dandang bulat tanpa sayap) kertasnya pun terbuat dari sampul yang bahan bakunya dari jerami memakai lem sederhana. Tidak sampai di situ, kemudian tali untuk menaikkan layang-layang memakai rotan yang telah dihaluskan sambung-menyambung sampai di ketinggian yang terbatas. Layang-layang dandang beliau mengudara di padang Sungai Raya di musim kemarau dan angin selatan berhembus kencang.

Menurut informasi dari masyarakat terdengarlah sampai ke Sungai Tarap (Sarang Halang) lalu Ning Samarang merasa heran bunyi ngauman apa di saat angin berhembus sore hari bersumber dari wilayah Sungai Raya. Berangkatlah beliau melintasi pesisir hutan mengarah ke Sungai Raya dan bertemulah dengan Ning Sualir. Ringkas cerita lalu beliau belajar dan melihat seperangkat kukumbangan lengkap dengan layang-layang dandangnya.

Masa kemasa kemudian Ning Samarang bereksperimen dan mencoba mengolah kukumbangan serta layang-layang dandangnya, dan mulailah beliau membikin layang-layang dandangnya menggunakan sayap dan sampai pada tali terbuat dari ayaman ijuk aren yang lebih panjang dari tali rotan. Suatu hari naiklah dandang beliau di Padang Galang Basar Sungai Tarap (Sarang Halang). Beberapa tahun kemudian meluas dan berkembanglah tradisi budaya layang-layang dandang sampai ke Wasah, Kapuh, Simpur, Paring Agung, Batangkulur, Sungai Kali bahkan sampai Asam dan Kalumpang. Adapun kukumbangan karya Ning Sualir yang populer pada masanya ialah Sumbing 1904, Tabat Maruk 1908, Lais Kuning 1910, Pusaka Locas 1919, Barongsay 1940, Halang Mangkung dan masih banyak lagi. Serta karya Ning Tunggal Samarang yang populer saat itu kukumbangan Akur 1910, Pulas 1920, Agung Basar 1934, Air Putih, dan Kayu Tangi 1936.

Sepeninggalan Ning Samarang lalu anak beliau meneruskan karya membuat kukumbangan ialah Julak Saripat. Sampailah pada tali layang-layang dandang bertransisi dari tali ijuk aren ke tali benang belati sekitar tahun 1970. Adapun peninggalan beliau yang populer diberi nama Tanger Maut 1965, Naga Balimbur 1972, Dollarmas 1985 dan Gunung kilayi. Dari tahun ketahun layang-layang dandang teruslah beradaptasi hampir dengan sempurna dan memakai tali nilon yang kita lihat dan dipakai sampai saat ini. Bahkan layang-layang dandangnya pun dari kertas sampul berubah ke plastik dan kain parasut seperti saat ini. Kemudian saat ini di wilayah Sungai Tarap (Sarang Halang) diteruskan oleh keponakan Julak Sarifat yaitu H. Norsani atau akrab disapa Julak H. Upuh dengan banyak karya sampai menyebar ke Kabupaten Tapin. Di antara karya beliau yang populer saat ini Sanghyang Ismaya, Naga Partala, Raja Rimba, Kalalatu, Korban Politik dan banyak lagi yang tidak bisa disebutkan satu persatu.

Tradisi budaya layang-layang dandang pada perkembangannya mengalami fase di mana dimainkan oleh masyarakat tidak membedakan faktor sosial maupun kalangan umur. Pada awal dimainkan ini dari dasar suatu pemikiran bahkan hobi dikalangan masyarakat dan tradisi budaya badandang ini menjadi perhatian masyarakat luas diwilayah Hulu Sungai Selatan dan sampai menyebar ke kabupaten Tapin. Dibawa oleh alm H. Mursyid asal Batangkulur Sungai Raya yang berdomisili saat itu di Rangda Malingkung pada awal tahun 1970, kemudian diteruskan oleh alm Pa Ibak Mandor mengenalkan kebudayaan layang-layang dandang, sampai pada tahun 1985 diteruskan oleh alm Pambakal H. Bachtiar S di Kupang Tapin.

Perkembangan tradisi budaya layang-layang dandang mulai dilembagakan dari pemerhati tokoh dan unsur-unsur masyarakat dikumpulkan tepatnya di Kabupaten Hulu Sungai Selatan diadakan musyawarah dan bermufakat yang bertempat dirumah Kepala Desa Sarang Halang pada hari Minggu malam Senin tanggal 19 November 2023. Membentuk sebuah perkumpulan atau komunitas yang diberi nama “Persatuan Layang-Layang Dandang Kabupaten Hulu Sungai Selatan” dengan visi dan misi untuk melestarikan dan memasyarakatkan tradisi budaya layang-layang dandang, agar budaya ini bisa dipertontonkan dan ajang bersilaturahmi di khalayak ramai serta tidak membahayakan kepada penonton, sehingga dengan tradisi budaya layang-layang dandang diharapkan antar kelompok masyarakat, tokoh dan semua lapisan masyarakat bisa menjadikan tradisi budaya layang-layang dandang ini dapat diwariskan dari generasi ke generasi yang mana hasilnya menjadi tradisi budaya layang-layang dandang ini menjadi nilai-nilai dan norma-norma yang berkembang di masyarakat banjar pada khususnya dan menjadikan warisan tradisi budaya Indonesia yang lahir dari masyarakat Indonesia pada umumnya.

Pada saat inilah mulai tergali nilai-nilai filosofis serta historisnya tradisi layang-layang dandang yang identik dengan bergotong-royong bahu-membahu dengan kesabaran dalam keseimbangan dengan porsi yang sesuai dan tepat. Sebab kehidupan ini akan terus berkembang dan memerlukan keseimbangan layaknya sebuah layangan dandang naik di udara dihempas oleh angin namun mampu bertahan oleh karena faktor keseimbangan. Dan bisa kita perhatikan tidak selamanya naik di atas adakalanya berposisi di bawah. Selanjutnya ngauman irama bunyi yang dikeluarkan oleh kukumbangan itu membedakan dan keunikan tersendiri bahwa porsi dari ukuran memang berbeda-beda tergantung selera kita masing-masing. Sedangkan nilai historis dari tradisi layang-layang dandang ini ialah di mana proses membikin kukumbangannya dari awal cari bahan bambu ke hutan belantara lalu proses membikin banyak menyimpan cerita unik bahkan mistis sekalipun.

ALAT LAYANG-LAYANG DANDANG

Bentuk dan bagian layang-layang dandang

a. Bentuk layang-layang dandang serta bahan yang digunakan

Layang-layang dandang besar yang berbentuk :

  • Ukuran panjang badan 550 cm
  • Ukuran lebar badan 150cm
  • Ukuran panjang papat (pinggul ekor) 240cm
  • Ukuran lebar papat (pinggul ekor) 170cm
  • Kain sebagai ekor jadi penyeimbang panjang 10meter lebar 170cm
  • Ukuran kepala layang-layang dandang menyerupai paruh 120cm

Kalayangan Dandang atau di dalam bahasa Indonesia layanglayang dendang/berdendang adalah layanglayang tradisional khas asli dari Kabupaten Hulu Sungai Selatan Provinsi Kalimantan Selatan. Bentuknya menyerupai burung Enggang raksasa (burung endemik pulau Kalimantan) dimainkan ketika usai panen, tepatnya pada saat musim kemarau dan lokasi untuk menerbangkan biasanya di lapangan luas seperti sawah. Layang-layang dandang umumnya dimainkan oleh anak laki-laki, banyak juga orang dewasa yang memainkannya, sementara anak perempuan umumnya hanya akan menonton permainan ini. Permainan layang-layang dandang juga memerlukan rangka yang terbuat dari kerangka bambu dan dilapisi kertas atau plastik, sehingga mudah diterbangkan angin. Permainan ini juga dilengkapi dengan tali benang atau senar yang kuat agar tidak mudah putus.

Memiliki sepasang kukumbangan yang diikat di sisi kanan kiri atas layang-layang dandang, inilah hal yang paling unik dan ajaib, bahkan satu-satunya tidak akan ditemui di belahan dunia lain. Sebuah layang-layang besar namun mengeluarkan ngauman bunyi yang berirama seperti bunyi pentolan gong yang memiliki nada indah sehingga bisa dinikmati para penontonnya. Namun khusus permainan tradisional dari Kalimantan Selatan, layang-layang yang dibuat memiliki ukuran yang sangat besar, panjang ujung sayap kiri ke ujung sayap kanan bisa mencapai 2-5 meter, atau bahkan lebih. Di atasnya memiliki bentuk lancip seperti paruh, badan layang-layang melebar lalu mengecil ke sayap, dan bagian ekornya membentang seperti piramida.

Kata Dandang (dendang) berarti bunyi-bunyian yang muncul dari layangan tersebut. Bunyi ini muncul karena pembuat layang-layang umumnya menambahkan seruas bambu panjang yang berlubang (kukumbangan) sehingga akan mengeluarkan bunyi jika tertiup angin. Ukuran yang melebar membuat pemilik layang-layang dandang bisa menuliskan sesuatu atau menggambar di atas layang-layang tersebut. Gambar biasanya berbentuk ornamen khas Kalimantan Selatan, atau sesuai kreativitas dan imajinasi pemiliknya. Berhubung tali benang atau senar tidak akan kuat mengangkat beban berat layang-layang dandang yang sangat besar, maka harus digunakan tali yang lebih kuat.

Dengan bentuk ukuran bervariatif sesuai selera yang punya, tergantung panjang dan besarnya kukumbangan agar layang-layang dandangnya bisa mengudara dengan aman dan stabil. Untuk menerbangkan layang-layang dandang membutuhkan banyak orang minimal 3 orang untuk ukuran layang-layang dandang kecil, kalau layang-layang dandang ukuran super jumbo maka harus lebih banyak lagi orangnya. Namun, mengingat layang-layang dandang memiliki ukuran yang sangat besar, maka perlu beberapa orang untuk mengangkatnya, dan mendirikannya sesuai dengan arah angin bertiup. Sejumlah pemain lain memegang tali dengan jarak yang cukup, misalnya 20 meter. Seperti layang-layang pada umumnya, layang-layang dandang memiliki tali kenur (tali rajut).

Jika layang-layang dandang sudah mengudara, maka ini akan menjadi pemandangan yang menghibur bagi masyarakat yang melihatnya. Apalagi beberapa layang-layang biasanya dilengkapi dengan tulisan-tulisan berbentuk pesan moral, atau juga lukisan kreatif. Permainan layang-layang dandang dapat mengasah jiwa kreativitas dalam membuat layang-layang. Permainan ini juga membutuhkan tenaga kuat agar bisa menerbangkan layang-layang yang ukurannya sangat besar, serta kejelian dalam membaca arah angin. Di samping itu, permainan ini umumnya dilangsungkan serempak bersama pemain-pemain lain di lapangan yang luas, sehingga menjadi ajang silaturahmi dan temu sapa dengan pemain lainnya, juga para penonton yang memadati lapangan.

Permainan layang-layang dandang ini juga bisa menjadi daya tarik pariwisata, karena terbilang unik dan hanya bisa dijumpai di daerah tertentu, saat selesai panen di musim kemarau.

Adapun bahan yang digunakan berupa bambu dan kayu pilihan yang berkualitas tidak mudah patah dan yang tua dengan seleksi yang berkelanjutan serta rangka layang-layang dandangnya dikeringkan lebih dulu dan diberi obat anti rayap.

 

b. Bagian layang-layang dandang

  • Tulang belakang layang-layang dandang. Adapun kayu yang dipakai untuk tulang belakangnya memiliki ukuran yang bisa disesuaikan dari 1 meter sampai 3 meter terbuat dari kayu sungkai.
  • Kuku layang-layang dandang umumnya terbuat dari bilahan rotan sepasang kiri kanan atas bawah fungsinya untuk memperindah bentuk layang-layangnya.
  • Sayap (halang kait) kiri kanan sebagai penyeimbang tekanan angin dari samping
  • Papat (pinggul ekor) sebagai kemudi penyeimbang terhadap tekanan angin dan berfungsi sebagai pengikat kain ekornya
  • Kepala menyerupai paruh lancip memperindah bentuk layang-layang dandang
  • Kain buntut (ekor) kalau ukuran besar biasanya lebar 180cm panjang 12meter
  • Tali nilon kecil untuk mengikat rangka layang-layang dandang
  • Renda rumbai untuk memperindah bentuk layang-layang dandang dipasangkan di sisi ujung, bagian bawah tengah dan samping atas ekornya

 

2. Bentuk kukumbangan layang-layang dandang

Kukumbangan ialah media bunyi-bunyian terbuat dari sepasang bambu yang diberi lubang diikat pada sayap kiri dan kanan layang-layang dandang yang arah lubangnya diukur dan melawan arah angin menghadap ke depan agar bisa ditiup oleh angin. Yang selama ini kami pakai untuk kukumbangan ada dua jenis yaitu bambu pering dan bambu petung. Di sini tergantung selera masing-masing kalau yang bambu pering itu relatif ukuran kecil dan ruasnya tidak terlalu panjang misal panjangnya 71cm luas lingkarnya 9 – 10cm. Kemudian kalau kukumbangan dari bambu petung itu lumayan besar lingkarannya ada yg 13,5 cm dan panjang 77 cm itu besar sehingga layang-layang dandangnya harus ukuran besar.

Kukumbangan merupakan bagian integral dari layang-layang dandang, bukan hanya sekedar aksesoris. Karena itu, proses pembuatannya sangat diperhatikan. Sepasang bambu yang sudah dipotong dan melalui proses yang sangat panjang direndam supaya awet kemudian dikeringkan lalu ke tahap pembikinan rumus lubang sesuai ukuran panjang dan besar ruas bambunya. Bahkan ada beberapa metode pengawetan yang lebih cepat dan instan seperti direbus atau juga menggunakan pasir yang disangrai.

Kemudian pengerjaan supaya bambu itu bisa ringan dikupas sesuai porsi ketebalannya, setelah proses ketam lalu diampelas lebih halus lagi dan diberi simpai (anyaman dari rotan diujung sisi ruas bambunya) anyaman 3,5,7 dan seterusnya sesuai keinginan kita. Simpai ini untuk memberikan estetika dan menambah kewibawaan serta memperkuat kukumbangan. Simpai ini disesuaikan dengan bentuk besar kecilnya kukumbangan, bahkan simpai ini salah satu aksesoris khas Kalimantan. Setelah itu selesai kemudian proses pengecatan bisa manual atau memakai deco airbrush bermacam selera gambar dan warna sesuai dengan nama kukumbangan tersebut. Ada suatu kebiasaan unik, kebanyakan kukumbangan ini diberi nama atau gelar oleh pemiliknya seperti; nama tokoh pewayangan, makhluk mitologi, judul lagu, nama pejuang dan tokoh yang populer khas daerah dll.

 

3. Tali layang-layang dandang

Dengan kecanggihan dan modernisasi alat saat ini mampu membuat tali yang dipakai jenis tali nilon bervariasi ada yang kecil hingga tali nilon besar, itu menyesuaikan dngan bentuk layang-layang dandangnya. Benda yang tak terpisahkan untuk bermain layang-layang dandang tali menggunakan bladu (piluntang dalam bahasa Banjar).

PENUTUP

Demikian tulisan ini kami sajikan untuk maksud dan tujuan yang tertera semoga menjadi bahan pertimbangan dan menjadi masukan untuk membangun perkembangan tradisi budaya layang-layang dandang lebih dikenal luas oleh masyarakat di Kalimantan Selatan khususnya bahkan Indonesia kedepannya. Dan tidak menutup kemungkinan suatu masa tradisi budaya layang-layang dandang kita bisa sampai mendunia.

Semoga ke depannya tradisi budaya layang-layang dandang kita ini semakin maju dan memberikan hal-hal positif bagi kita semua, dan kita bisa lebih menghargai kesakralan nilai-nilai filosofis dan historis tradisi budaya layang-layang dandang. Karena bangsa yang bermartabat adalah bangsa yang menghargai nilai-nilai tradisi dan budaya yang diwariskan oleh nenek moyangnya.