MAANGKAT BATANG TARANDAM
Upaya Sultan Khairul Saleh mengangkat kembali Kesultanan Banjar sudah dirintis sejak lama. Bahkan jauh sebelum menjabat sebagai Kepala Dinas Pekerjaan Umum Kota Banjarmasin dan sebagai Bupati Banjar tahun 2005.
Keinginannya mempertahankan tradisi budaya lokal khususnya Kesultanan Banjar, bukan untuk sebuah ambisi. Tetapi, apa yang dilakukannya tak lebih untuk melestarikan kembali Kesultanan Banjar yang lama pulas tertidur. “Ibaratnya maangkat batang nang tarandam,” ucap Sultan Khairul Saleh berfilosofi.
Mewujudkan keinginan luhur ini tidaklah mudah. Dengan pembawaan yang tenang, Sultan Khairul Saleh menanggapi dengan bijak setiap pendapat yang ada dan di sisi lain beliau secara intens menjalin kerja sama dengan sejumlah tokoh, khususnya kerabat Kesultanan Banjar yang bertebaran tidak saja di Kalimantan Selatan, tetapi juga yang tersebar di berbagai daerah di Indonesia hingga mancanegara.
Sebagai kerabat muda, Sultan Khairul Saleh meminta masukan dan petunjuk kepada para tetuha Kesultanan Banjar. Tidak hanya sampai di situ. Dengan trah biru yang mengalir di tubuhnya, putra pasangan Haji Pangeran Jumri dan Hajjah Kartinah ini secara intens menjalin komunikasi dengan para raja serta pangeran di Nusantara.
Melalui Forum Silaturahmi Keraton se-Nusantara dan Yayasan Raja-Sultan Nusantara (Yarasutra /Indonesia Royal Foundation) Sultan Khairul Saleh banyak belajar dan mengetahui peran Kesultanan Banjar. Beliau merasa perlu bergabung dalam forum tersebut karena memang saat itu belum ada lembaga resmi kesultanan di daerahnya. Karenanya beliau bersyukur berkat upaya para zuriat atau keturunan, Kesultanan Banjar kini sudah memiliki wadah atau Lembaga Adat dan Kekerabatan Kesultanan Banjar (LAKKB).
Terbentuknya Lembaga Adat dan Kekerabatan Kesultanan Banjar (LAKKB) memiliki misi utama melestarikan nilai-nilai kearifan budaya daerah dan keraton Kesultanan Banjar. Para pengurus optimis terbentuknya Lembaga Adat dan Kekerabatan Kesultanan Banjar, maka pelestarian budaya Kesultanan Banjar akan bangkit kembali.
Seperti yang sudah menjadi komitmen Lembaga Adat dan Kekerabatan Kesultanan Banjar (LAKKB), apa yang dilakukan bukan untuk menumbuhkan kembali primodialisme atau feodalisme. Semua yang dilakukan tidak lain dan tidak bukan hanya untuk melestarikan nilai-nilai luhur budaya Kesultanan Banjar yang terancam oleh desakan zaman.
“Boleh dibilang rapat Musyawarah Tinggi Adat merupakan kebangkitan budaya Kesultanan Banjar,” ucap Pangeran Chairiansjah, Sekretaris Pengurus Pusat Lembaga Adat dan Kekerabatan Kesultanan Banjar (LAKKB).