Artikel asli ditulis oleh Olpah Sari Risanta
Dilansir dari website: economictraveling.com
Datu Taufik Arbain : Seperti Sasirangan Namun Sarigading Lebih Kental Kain Panambaan
Naiknya pamor kain Sarigadinng seiring dengan masuknya Husaini, pemuda asal Cangkring, Amuntai, Hulu Sungai Utara, dalam nominasi nasional, Apresiasi Kreasi Indonesia (AKI) Tahun 2023, memberi angin segar perkembangan kain tenun ikat khas warisan Kerajaan Negara Dipa.
Kain tenun ikat Sarigading yang dikenal sebagai salah satu kain yang dianggap keramat dalam prosesi pengobatan (batatamba) masyarakat Banjar, terus dikembangkan dengan kreasi-kreasi sentuhan tangan dingin Husaini bersama masyarakat Amuntai.
Upaya Husaini mengembangkan kain Sarigading pun terus mendapat apresiasi dan dukungan masyarakat Banjar. Tak hanya masyarakat biasa, tokoh masyarakat Datu Cendikia Kesultanan Banjar yang juga seorang akademisi Universitas Lambung Mangkurat, Datu Dr Taufik Arbain.
Menurut pria yang merupakan putra asli Hulu Sungai Utara, starting position kain ini sebenarnya sama dan mirip dengan kehadiran kain motif sasirangan yang semula sebagai kain pengobatan, atau penanambaan. Namun, oleh waktu perlu ada kekhasan suatu etnis dan daerah, maka pilihan menjadikan sasirangan sebagai motif batik khas etnis Banjar. Hanya saja, kesan kain Sarigading sebagai kain untuk “penanambaan” sangat kental dibandingkan kain sasirangan saat ini.
Artikel lengkap silakan akses : Perlu Ada Kebijakan Khusus Pemanfaatan Kain Sarigading