Sultan Khairul Saleh sebagai “Ki Hajar” Orang Banjar

Sultan Khairul Saleh sebagai “Ki Hajar” Orang Banjar

Selamat Hari Pendidikan Nasional 2 Mei.

Banyak yang belum mengetahui bahwa Tokoh Banjar yang pernah mendapat penghargaan Anugerah Ki Hajar pada tahun 2014 lalu adalah Sultan Khairul Saleh. Di antara alasannya karena kepemimpinan Sultan Khairul Saleh saat menjabat sebagai Bupati Kabupaten Banjar berhasil memajukan pendidikan, khususnya mencapai kategori terbaik dalam implementasi pendayagunaan teknologi informasi dan komunikasi (TIK) untuk pengembangan pendidikan. Memang secara umum Sultan Banjar tergolong sangat peduli terhadap pendidikan, memperhatikan para pendidik, cendikiawan dan inteletual, membantu beasiswa siswa berprestasi, membantu sarana dan prasarana pendidikan dan berbagai capaian lainnya.

Kabupaten Banjar dianggap oleh pusat memiliki kepedulian tinggi terhadap pengembangan dan teknologi informasi pendidikan. Di antara kegiatan yang dilakukan adalah pengembangan TIK secara mandiri di sekolah, pelatihan operator sekolah, pengolahan data dan mengirimkan data sekolah secara online kepada Kementerian Pendidikan. Adanya TIK pendidikan juga membuka kesempatan kepada publik untuk dapat mengaskses secara online keadaan dan perkembangan pendidikan di Kabupaten Banjar.

Penyerahan Anugerah Ki Hajar tahun 2014 diberikan di Plaza Insan Berprestasi Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Jakarta, diserahkan langsung oleh Menteri Pendidikan Dasar dan Menengah Anies Baswedan.  Sultan Khairul Saleh saat itu diwakili oleh Sekda Banjar Ir. H. Nasrun Syah, MAP. Sultan Khairul Saleh di tengah kesibukannya tidak bisa berhadir menerima anugerah tersebut karena baru saja diundang oleh Kesultanan Sumbawa di Mataram NTB karena Kesultanan Banjar memiliki relasi historis dengan Kesultanan Sumbawa.

Sultan mengatakan, penghargaan ini bukan atas hasil kerja perorangan, melainkan hasil kerja bersama seluruh pihak baik pemerintah, masyarakat, terlebih para praktisi pendidikan dari kawasan perkotaan hingga pelosok. Sultan mengajak Anugerah Ki Hajar ini dapat dijadikan sebagai pemacu semangat untuk lebih proaktif lagi meningkatkan pembangunan sumber daya manusia yang berakualitas dan berakhlak mulia di Kabupaten Banjar khususnya dan di Kalimantan umumnya.

Kunci Kemajuan 

Di samping kemajuan di bidang TIK pendidikan, Sultan Khairul Saleh bersama Ibu Raudhatul Jannah memiliki komitmen tinggi dalam memajukan pendidikan di daerahnya, dari pendidikan prasekolah atau pendidikan anak usia dini (PAUD) hingga pendidikan tinggi, dari pendidikan agama, umum, kejuruan dan seterusnya. Bahkan banyak pula lulusan pondok pesantren yang diberi beasiswa untuk belajar ke luar negeri. Belum lama ini Ibu Raudhatul Jannah juga beroleh penghargaan dalam pembinaan PAUD aspek Kemitraan tingkat Nasional.  

Sultan sering memacu semangat para generasi muda agar rajin menuntut ilmu setinggi mungkin. Dalam berbagai kesempatan Sultan yang gemar membaca dan sangat melek TIK ini selalu memotivasi pentingnya penguasaan ilmu dan teknologi (iptek) sebagai kata kunci untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia. Generasi muda dipompa semangatnya agar menggunakan waktunya secara optimal untuk belajar dan belajar, dan menjauhi sikap membuang waktu yang sia-sia. Sehingga pada saatnya mereka dapat menjadi generasi berkualitas, menggantikan generasi yang ada sekarang untuk mengabdi dan memajukan daerah dan masyarakat sesuai dengan bidang kompetensi dan kemampuan masing-masing. 

Sultan mengaitkan pentingnya penguasaan ilmu dan teknologi dengan agama, bahwa agama mewajibkan pemeluknya untuk menuntut ilmu. Untuk itu diperlukan aktivitas belajar dan mengajar sepanjang hayat. Bangsa yang maju ditentukan oleh pemguasaan iptek. Seperti halnya Jepang, meski kalah dalam Perang Dunia II, tetapi karena pendidikannya maju, akhirnya Jepang bisa bangkit. Saat kota Hiroshima dan Nagasaki dibom oleh tentara Sekutu, Kaisar Hirohito bukannya mendata berapa bangunan yang masih utuh dan hancur, melainkan mendata berapa orang guru yang masih hidup, untuk seterusnya mendorong mereka proaktif mendidik masyarakat Jepang dan melakukan transfer of science and technology agar segera bangkit. 

Hingga kini meski sudah sangat maju, Jepang tetap memberikan prioritas utama baik di segi perhatian maupun pendanaan terhadap program pendidikan, penerbitan, research and development. Hal ini didukung pula oleh etos mental dan kerja masyarakatnya yang gemar membaca dan belajar. Tak hanya peralatan modern bermuatan teknologi canggih, bahkan buku-buku produk Jepang juga membanjiri dunia termasuk Indonesia. 

Memang bangsa-bangsa maju di dunia, kemajuannya tidak tergantung pada lamanya usia bangsa tersebut. Mesir dan India adalah bangsa yang berusia tua, tetapi kemajuannya masih kalah dibanding bangsa-bangsa barat yang baru muncul. Itu karena penguasaan iptek. Negara-negara Arab kaya minyak memang kaya, tetapi bukan bangsa maju, sebab penguasaan iptek masih lemah. Meskipun Dunia Islam pernah mengalami zaman keemasan dan kemajuan peradaban di masa klasik, namun sejumlah negara muslim saat ini agak tertinggal, sehingga umumnya baru sebatas konsumen, belum sebagai produsen. Barang-barang yang beredar di tengah kita sebagian besar masih made in luar negeri. 

Pendidikan Sejarah

Kemajuan pendidikan yang diinginkan oleh Sultan Banjar adalah pendidikan yang menghasilkan manusia yang beriman dan bertaqwa serta berakhlak mulia. Manusia yang mandiri, cerdas dan terampil, manusia yang memiliki karakter unggul, yang bertanggung jawab terhadap kehidupan sosial, bangsa dan negara. 

Untuk itu pendidikan yang dikembangkan adalah yang sejalan dengan ajaran agama dan tidak lepas dari sejarah bangsa dan daerahnya. Sultan sering menekankan pentingnya anak didik mengenal sejarah, baik sejarah nasional maupun sejarah Banjar sendiri. Sesuai pesan Bung Karno: Jasmerah, jangan sekali-kali melupakan sejarah.  Hal ini karena sebelum Republik Indonesia ini berdiri, yang lebih dahulu eksis adalah sejumlah kesultanan/kerajaan Nusantara. Merekalah yang gigih melawan penjajah dan kemudian setelah merdeka melebur dalam NKRI.  

Karena komitmennya itu maka sudah banyak kajian sejarah dalam bentuk seminar dan simposium yang diadakan oleh Kesultanan Banjar, termasuk juga sejumlah buku sejarah dan budaya Banjar yang diterbitkan oleh Pustaka Agung Kesultanan Banjar. Bahkan ketika Sultan Khairul Saleh menggelar acara walimah perkawinan putranya, juga dijadikan sejumlah buku sebagai souvenir. Dengan komitmen dan kiprah demikian wajar Sultan beroleh Anugerah Ki Hajar dan penghargaan lainnya. Penghargaan akan datang kepada sispa saja yang melakukan pengabdiannya secara tulus dan optimal, tanpa pernah mengharapkan penghargaan tersebut. Tetapi sebenarnya reward pahala dari Allah swt di atas segalanya.