“BINIAN BANJAR HARUS BERPENDIDIKAN,
NAMUN JANGAN MENINGGALAKAN ADAB DAN ADAT URANG BANJAR”
– Putri Dhia Karima –
Sejarah Hari Wanita International yang diperingati setiap tanggal 8 Maret bermula dari sebuah gerakan demonstrasi yang dilakukan kurang lebih 15.000 wanita di New York. Gerakan ini menuntut jam kerja yang lebih singkat, upah yang lebih baik, serta hak untuk memilih. Satu tahun kemudian, Partai Sosialis Amerika mendeklarasikan hari itu sebagai Hari Perempuan Nasional. Usulan untuk menjadikannya sebagai perayaan internasional datang dari seorang perempuan yang bernama Clara Zetkin dalam sebuah konferensi perempuan pekerja internasional di Kopenhagen, Denmark pada tahun 1910. Ada sekitar 100 perempuan dari 17 negara di konferensi itu, dan mereka semua menyepakati usulan Clara Zetkin.
Setiap tahun dalam peringatan Hari Wanita International atau Women’s International Day memiliki tema khusus yang menjawab isu terbaru mengenai kondisi para wanita. Pada tahun 2022 ini tema yang diangkat adalah kampanye #BreakTheBias. Tema ini mempunyai beberapa makna, yaitu dunia yang terbebas dari bias, stereotip, dan diskriminasi. Pesan makna dari tema International Women’s Day 2022 adalah untuk melawan ketidaksetaraan, bias, serta stereotip terhadap kaum perempuan.
Momentum Hari Wanita International ini harus dimanfaatkan sebagai salah satu upaya memotivasi para wanita Banjar agar bisa mengejar impiannya dan menjadi diri sendiri. Di dunia yang semakin modern dan canggih, wanita Banjar dituntut untuk lebih mandiri dan berpendidikan, akan tetapi tidak meninggalkan adab dan adat sebagai orang Banjar. Begitulah pesan penting yang ingin disampaikan Putri Dhia Karima.